SEJARAH GEREJA
PAROKI SANTO IGNATIUS DANAN GIRIWOYO
PAROKI SANTO IGNATIUS DANAN GIRIWOYO
Sejarah Berdirinya Paroki
Paroki Danan terletak di sebelah Selatan Kabupaten Wonogiri tepatnya di Dusun Danan, Kelurahan Sendang Agung, Kecamatan Giriwoyo, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. Berdirinya paroki Danan tidak terlepas dari peran guru-guru yang bertugas di SD Kanisius Serenan dan Watu Agung. Yayasan Kanisius ketika itu hanya membuka sampai kelas tiga SR (Sekolah Rakyat) dan baru pada tahun 1942 membuka sampai kelas enam SD.
Tahun 1937 Suwarno dengan murid-murid sekolah desa (VS Kanisius Danan) diajak Pak Guru Haryatmojo ke Baturetno (dari NS 1932) untuk mengikuti Perayaan Ekaristi di Stasi Pathuk Baturetno. Tujuannya yang diajak pak Haryatmojo ini berasal dari dusun Danan, Jamprit dan Suruhan. Pak tak lain adalah mengenalkan murid-murid kepada pastor dari Belanda ketika itu. Para guru dan murid Haryatmojo inilah yang mewartakan ajaran Katolik dengan cara memasyarakat sekaligus membawa misi pewartaan. Dari pewartaan Bapak Haryatmojo ini akhirnya menghasilkan baptisan satu orang yakni Maria Pathi (nenek Bp. Suwarno) pada tahun 1938 karena sakit sehingga dibaptis darurat.
Namun pewartaan Pak Haryatmojo ini terjadi pasang surut dan pada tahun 1938 datang seorang kepala sekolah SR Danan yakni Bp. Harjoyuwono yang ternyata juga seorang aktivis pewartaan. Selain pintar memasyarakat, Pak Harjoyuwono ini juga seorang dukun pijat. Beliau juga aktif memberi pelajaran agama di luar sekolah kepada murid-muridnya. Anak-anak dipanggil di rumahnya (Danan) untuk diajar agama di luar sekolah dengan belajar berdoa. Kegiatan pengajaran ini hanya berjalan sampai pada tahun 1942 karena pak Harjoyuwono mendapat pukulan keras dalam hal ekonomi. Sebagai seorang guru, tak ada gaji yang cukup untuk hidup, maka guru yang ditanam di Danan lalu pulang ke tempatnya masing-masing atau pindah ke sekolah negeri.
Oleh karena hal itu, perkembangan agama di Danan seret sampai tahun 1942. Namun pada tahun 1942, YB. Suwardi yang tak lain adalah tokoh paroki dan katekis datang di Baturetno. YB. Suwardi kemudian ditugaskan paroki Baturetno untuk mengembangkan umat di sektor selatan yang berpusat di Danan. Dari tangan YB. Suwardi, pada 22 Desember 1944 sebanyak tujuh orang dibaptis di kapel Nguntoronadi Baturetno oleh Rm. Puspasuparta, SJ. Salah satu dari ketujuh orang tersebut adalah Suherman, satu-satunya orang Katolik di Platarejo. Ketika itu Baturetno masih menjadi stasi dari Paroki Purbayan Solo.
Perkembangan Pesat
Selain ditugaskan oleh paroki Baturetno, YB Suwardi juga diutus oleh yayasan Kanisius menjadi guru di SD Kanisius Serenan I dan membuka kelas satu sampai enam. Kehadiran sekolah ini mendapat respon positif dari masyarakat sekitar. Respon positif ini nampak dari banyaknya murid yang menimba ilmu di sekolah ini. Banyaknya murid ini menambah jumlah katekumen. Situasi banyaknya katekumen ini mau tidak mau menuntut adanya pertemuan bulanan di stasi. Seiring dengan perkembangan SD Kanisius, agama Katolik juga semakin tumbuh subur. Tidak hanya di Serenan, tapi di setiap kelurahan di Kecamatan Giriwoyo (Selorejo, Tirtosuworo, Gedongrejo, Sumberejo, Kedungringin, Selomarto, Watuagung, Tawangharjo, Sirnoboyo dan Platarejo, Pucanganom, Wonokriyo) berdiri SD-SD Kanisius. Semua itu berkat jerih payah YB. Suwardi yang bekerja sama dengan Pemerintah setempat sehingga PBH (Pemberantasan Buta Huruf) bisa dijadikan SD Kanisius.
Ketika terjadi perang gerilya di Baturetno tahun 1945-1950, guru-guru SD Kanisius menjadi anggota gerilya Giriwoyo barat. Maka pada tahun 1947 (Clach pertama) pewartaan mengalami pasang surut karena pergerakan para gerilyawan. Begitu juga pada clach kedua, pewartaan mengalami pasang surut namun sekolah-sekolah yayasan Kanisius mendapat angin segar karena siapa saja yang menjadi guru mendapat kesejahteraan hingga tahun 1951. Segala kegiatan ke-Gereja-an dan keamanan serta pembangunan di segala bidang sudah mulai dirintis
Pada tahun 1950 perkembangan agama Katolik di Danan semakin meningkat karena YB. Suwardi yang menjadi anggota gerilya ketika itu sering mengadakan pertemuan di rumah Ibu Noto (Keluarga Suwardi), (sebelah utara gedung gereja Danan saat ini). Pertemuan ini sekaligus menjadi ajang pewartaan Iman Katolik. Lagipula YB. Suwardi adalah seorang tokoh yang banyak dikenal oleh para pastor. Maka dusun Danan sempat didatangi Pastor Daruwenda SJ untuk pertama kalinya. Sejak itulah secara rutin diadakan Misa Kudus setiap selapan (35 hari) sekali di rumah Ibu Noto
Pada tahun 1951 beberapa tokoh seperti Suherman, Wakidi, Kus dan Tarmo mengikuti kursus katekis kilat. Kursus ini bertujuan untuk menolong guru bantu agar punya ijazah guru. Ketika itu para katekis mengajar pendidikan budi pekerti bukan palajaran agama karena belum ada kurikulum agama. Namun pelajaran budi pekerti itu lama kelamaan menjurus pada pelajaran agama dan murid-murid di sekolah pun akhirnya mengikuti pelajaran agama Katolik.
Pelajaran agama Katolik tidak hanya diberikan di sekolah, namun pada sore harinya para katekis di Danan juga mengajar di kampung-kampung seperti Pendem, Dringin, Pasak, Gedong dan Tirtosuworo. Maka jumlah baptisan baru semakin bertambah. Bahkan baptisan ini tidak hanya murid-murid sekolah namun semua guru dan keluarganya. Pada saat itu (tahun 1956) Baturetno sudah menjadi paroki dan Rm. Purwadiharja Pr diangkat menjadi pastor paroki pertama di Batureno. Bagian sektor selatan yang berpusat di Danan akhirnya diangkat menjadi stasi dari Paroki Baturetno.
Pembangunan Gedung Gereja
Sejak Baturetno menjadi paroki, perkembangan agama Katolik di stasi Danan semakin berkembang pesat dan menyebar ke daerah Giritontro dan Paranggupito. Karena para guru ingin diangkat menjadi pegawai, maka beberapa tokoh dan guru diutus untuk memekarkan iman Katolik ke beberapa daerah. Di antaranya Pak Miyo diutus ke Paranggupito, Bp. Sumarna ditugaskan ke daerah Pracimantoro dan Bp. Suherman diutus di Danan dan sekitarnya. Pada tahun 1970 berdirilah wilayah-wilayah/kring di stasi Danan antara lain Jepurun, Ngampohan, Selorejo, Dringo, Wonokriyo, Pendem, Watuireng, Gedongrejo, Tirtosuworo, Paranggupito, Pracimantoro (Sedayu) dan Jatisawit.
Karena perkembangan umat yang cukup pesat di Danan, maka mulai dirintis menjadi paroki. Peribadatan setiap selapan sekali yang sebelumnya dilaksanakan di rumah Ibu Noto/Bp. Suwardi oleh seorang Pastor akhirnya tak bisa menampung umat. Maka dari itu timbul pemikiran dari Bapak Suwardi (dengan restu romo) mencari rumah khusus untuk beribadat. Atas inisatif Bapak Suwardi pula, lalu dibeli rumah joglo dan rumah limasan dengan uang dari umat dan paroki. Tanah ini milik perseorangan dan karena waktu itu Suwardi masih menjadi mantunya seorang kepala desa di daerah itu maka ada kemudahan untuk membeli tanah tersebut. Rumah joglo itu lalu dibangun, dibentuk dan dibuat menjadi gereja (panti) dan gedung sekolah SD dan SMP. Ketika itu Rm. Th. Poespasoeganda Pr menjadi Pastor Kepala Paroki Baturetno (1962-1972).
Ketika Rm. Storemmsand SJ menjadi pastor kepala Paroki Baturetno (1980-1994), beliau ditugaskan mengembangkan umat di stasi Danan. Rm Storemmesand SJ kemudian melanjutkan pembangunan dengan menambah tegel di panti dan pastoran yang pada akhirnya mendirikan gedung gereja baru di sebelah panti (gedung gereja yang sekarang). Partisipasi umat dalam pembangunan ini adalah membangun tembok pagar keliling. Pada tahun 1990 bangunan fisik Gereja Danan berdiri dan mulai dipersiapkan untuk menjadi paroki.
Menjadi Paroki
Stasi Danan menjadi paroki administratif pada 1 April 1997 yang ditandai dengan peresmian stasi Danan menjadi Paroki Adminstratif oleh Pastor Vikep Surakarta, Rm. Alb. Priyambono Pr. Peresmian ini dibarengi dengan pemberkatan gedung gereja Santo Ignatius Danan yang baru. Pada 31 Juli 1998 Paroki adminsitratif Danan resmi menjadi paroki. Peresmian dilaksanakan oleh Uskup Agung Semarang, Mgr. Ignatius Suharyo pada 24 Agustus 1998.
Sebagai pastor kepala paroki pertama adalah Rm. HP. Bratasudarma, SJ (1998-2000) yang menggembalakan umat lebih dari 2000 orang. Tahun 2000 Rm. FX. Arko Sudiono, SJ menggantikan Rm. HP. Bratasudarma menjadi pastor paroki Danan (2000-2003) dan sejak 2003 Rm. FX. Arko Sudiono, SJ digantikan oleh Rm Alb. Mardi Santosa, SJ (2003� ?).
Tahun 2001 Paroki Danan dibagi menjadi lima wilayah dan dua lingkungan jauh yang terdiri dari 19 lingkungan yakni :
Wilayah Danan : Meliputi lingkungan Danan, Dringo, Jatiharjo
Wilayah Jepurun : Meliputi lingkungan Jepurun Lor, Jepurun Kidul, Platar, Selorejo, Jatisawit
Wilayah Ngampohan : Meliputi lingkungan Ngampohan, Pendem, Longsoran, Watuireng
Wilayah Pracimantoro : Meliputi lingkungan Pracimantoro, Wonoharjo, Sedayu
Wilayah Paranggupito : Meliputi lingkungan Paranggupito dan Songbledek
Dua lingk. jauh : Gedongrejo dan Tirtasuworo
Paroki Danan kini memiliki sembilan kapel dan satu gedung gereja :
Gereja St. Ignatius Danan
Kapel St. Yohanes Rasul Sendang Ratu Kenya
Kapel St. Mateus Dringo
Kapel St. Yakobus Jatiharjo
Kapel St. Maria Jepurun
Kapel Tirtosuworo
Kapel St. Petrus Gedongrejo
Kapel St. Petrus Pracimantoro
Kapel St. Fransiskus Xaverius Paranggupitogupito
Kapel St. Yohanes De Britto Songbledek
Sumber : http://historiadomus.multiply.com/journal/item/97/084_Sejarah_Gereja_Paroki_Santo_Ignatius_Danan_Giriwoyo
No comments:
Post a Comment