Latest News

Friday, December 31, 2010

Menyiapkan Dan Memotivasi Pengurus Lingkungan

Salah satu kekhasan Gereja Katolik Indonesia adalah adanya sistem lingkungan/ kring/stasi dalam pelayanan pastoral parokial-teritorial yang memungkinkan semakin banyak kaum beriman awam terlibat dalam pengembangan Gereja seperti yang diharapkan oleh Konsili Vatikan II (lih. AA 10, AA 24, AG 21). Dan yang menarik, cikal-bakal lingkungan ini ternyata sudah ada jauh sebelum Konsili Vatikan II, bahkan sebelum Perang Dunia II. Pada masa itu para imam Jawa, yakni Rm. Hardjosuwondo SJ dan Rm. Sugiyopranoto,SJ, merintis sistem kring di paroki-paroki Wedi-Klaten, Ganjuran, dan Bintaran (lih. JWM Huub Boelaars, OFM Cap dalam Indonesianisasi: Dari Gereja Katolik di Indonesia Menjadi Gereja Katolik Indonesia, Kanisius, 2005, hlm. 353). Bahkan para pamong kring ini berperan sebagai gembala bagi umat kringnya, dimana mereka dipercaya untuk memimpin ibadat-ibadat, mengajar calon baptis, juga membimbing umat yang mengalami kesulitan.

Dalam perkembangan waktu, sistem �bapak pamong kring� ini kemudian berkembang menjadi sistem lingkungan yang kemudian juga dimasukkan dalam struktur dewan pastoral paroki. Dalam semangat kepemimpinan partisipatoris, �salib pelayanan� umat di lingkungan tidak lagi �dibebankan� pada pundak ketua lingkungan saja, tetapi menjadi tanggung jawab para pengurus lingkungan. Keterlibatan para pengurus lingkungan sungguh membantu dan melipatgandakan tenaga dan perhatian pastoral Pastor Paroki. Dan menarik untuk dicermati, �sekolah pelayanan dan kerjasama� para pengurus lingkungan ini sekaligus merupakan salah satu wahana dan peluang untuk mempersiapkan kader-kader pengurus Dewan Pastoral Paroki.

Menjaring Kader Pengurus Lingkungan

Namun, yang menjadi kendala di lapangan, ternyata tidaklah mudah mencari kader pengurus lingkungan. Ada kecenderungan di antara umat untuk �mengabadikan� para pengurus lingkungan. Kesulitan mencari pengurus lingkungan semakin nyata tatkala lingkungan hendak dimekarkan. Menurut saya, kesulitannya bukan lantaran tidak adanya orang yang mau dan mampu, melainkan karena belum adanya sistem yang mempersiapkan para kader pengurus lingkungan. Selama ini pembekalan dan penyegaran (ketua) pengurus lingkungan ditujukan kepada mereka yang baru atau sudah ditunjuk menjadi pengurus. Maka bila bermaksud menjaring �wajah baru� dalam kepengurusan lingkungan, terlebih demi regenerasi pelayanan umat di lingkungan, kesulitan yang sama terulang: mereka yang akan dipilih dan ditunjuk merasa belum siap lantaran pelbagai dalih dan alasan. Di lain pihak wacana dan literature pelayanan untuk para pengurus lingkungan juga belum tersedia. Selama ini yang ada baru buku panduan untuk misdinar, lektor, prodiakon, dewan paroki, dsb.

Menanggapi keprihatinan pastoral ini, pada liburan musim panas 2008 lalu saya menyempatkan dan memberanikan diri menulis buku �Siap Menjadi Pengurus Lingkungan� yang saya akui sebenarnya hanyalah �tiada rotan akar pun jadi�. Saya berharap, setidaknya wacana dalam buku ini bisa menjadi titik tolak untuk mempersiapkan dan memotivasi (kader) pengurus lingkungan secara lebih serius. Maka dalam tulisan singkat ini, perkenankan saya menyampaikan beberapa hal yang saya bahas dalam buku kecil itu.

Menghidupi Pancatugas Gereja dalam dan bersama Lingkungan

Setelah membahas keterlibatan kaum beriman awam dalam Gereja (bab 1) dan reksa pastoral Gereja melalui Lingkungan (bab 2), saya mengajak pembaca untuk menghidupi panca tugas Gereja bersama dan dalam lingkungan (bab 3). Mengapa kita perlu mewujudkan panca tugas ini? Sebab Tuhan Yesus sendiri telah memberi perintah kepada kita, para pengikut-Nya, untuk saling mengasihi (Yoh 13:34) dan saling melayani (lih. Yoh 13:14-15). Amanat Kristus ini secara konkret dan terus-menerus perlu kita wujud-nyatakan bersama orang-orang terdekat, yakni keluarga kita dan umat lingkungan terdekat. Dengan jumlah umat paroki yang sedemikian besar, bahkan tidak jarang kita selisih jalan saat merayakan Misa hari Minggu, mewujudkan semangat kasih dan pelayanan dalam lingkup keluarga dan lingkungan terdekat adalah pilihan yang paling realistis.

Memang ada sebagian umat yang merasa masih �belum butuh lingkungan�, termasuk mereka yang sudah menjadi aktivis di aneka kelompok kategorial. Namun, menurut saya bergabung dalam persekutuan umat di lingkungan-teritorial ini patut diupayakan karena lingkungan merupakan salah satu wahana mewujudkan amanat Kristus tadi. Selain itu, persekutuan umat di lingkungan lebih menampilkan �wajah Katolik�, dimana umat dari pelbagai latar belakang etnis, budaya, sosial-ekonomi, juga selera dan tingkat rohani, berhimpun dan bersekutu berdasarkan iman akan Kristus (dan tentu saja juga berdasarkan pembagian administrarif-teritorial paroki). Memang pelayanan rohani �umum-teritorial� di lingkungan ini masih perlu dilengkapi dengan pelayanan aneka kelompok kategorial yang lebih menjawabi kebutuhan dan selera rohani masing-masing pribadi yang berbeda. Demikian pula, dalih betapa sibuknya anggota keluarga sampai tidak ada waktu untuk kegiatan lingkungan, bisa disiasati dengan keterlibatan �wakil keluarga� sedemikian sehingga komunikasi antara keluarga dan umat lingkungan tidak terputus.

Untuk memahami lebih baik bagaimana mewujudkan panca-tugas gereja dalam dan bersama lingkungan, pembaca diajak merenungkan cara hidup Gereja Perdana dalam Kis 2:41-47. Dari sini selanjutnya pembaca diajak menggagas lebih lanjut bagaimana secara konkret panca tugas tersebut dapat diwujudkan dalam dan bersama lingkungannya.

Belajar dari ide Gereja Diaspora Romo Mangun

Untuk mendiskusikan penggembalaan dan pengembangan Gereja Katolik Indonesia, kita juga mesti belajar dari wacana Gereja Diaspora yang dilontarkan oleh Romo Mangun. Maka pada bab 4, saya menyajikan poin-poin gagasan Romo Mangunwijaya yang relevan untuk pengembangan Gereja di lingkungan. Seperti diingatkan oleh Romo Mangun, kita perlu menyadari bahwa saat ini umat Katolik Indonesia dihadapkan pada situasi diaspora, maka pelayanan teritorial-tradisional perlulah dilengkapi dengan pelayanan khusus bagi umat yang terdiaspora. Karena itu, para pengurus lingkungan hendaknya juga memahami dan memaklumi, seandainya ada umat yang tidak bisa aktif dalam aneka kegiatan lingkungan lantaran �kediasporaan�-nya. Di lain pihak, para pengurus lingkungan sebagai pribadi kiranya juga perlu mempersiapkan diri menjadi �gembala diaspora� bagi sahabat-kenalan dari lain lingkungan dan paroki. Namun, Romo Mangun berkeyakinan bahwa pelayanan teritorial-tradisional (termasuk lingkungan) ini tetaplah perlu karena hal ini justru menggambarkan kesatuan umat yang beragam dan juga memang ada beberapa sektor yang tetap membutuhkan pelayanan teritorial, seperti anak-anak dan remaja, dunia sekolah, mereka yang sakit, cacat, dan jompo.

Dalam buku Gereja Diaspora Romo Mangun �menggugat� komitmen dan perhatian Gereja pada kaum miskin dan papa-menderita. Beliau berharap �Mudah-mudahan kejuaraan kita dalam 1001 acara doa, novena, lomba kor gereja, kolasi, rekoleksi, retret, membangun gedung-gedung gereja raksasa maupun kapel molek, dan yang terpenting, membanjiri tempat ziarah sambil berpiknik dan berekspresi kesalehan lain yang indah itu seimbang dengan karya-karya nyata yang meringankan pahit-pedih manusia lain yang menderita dalam segala bentuk. Sesuai dengan apa yang dicontohkan oleh Yesus dan Gereja di zaman para rasul� (Gereja Diaspora, Kanisius, hlm. 175). Maka pertanyaannya, bagaimana secara konkret hal ini bisa diwujudnyatakan dalam hidup menggereja di lingkungan. Demikian pula penekanan beliau akan pentingnya keluarga sebagai �benteng Gereja Diaspora�, hendaknya menjadi catatan dalam pengaturan aneka kegiatan lingkungan. Dan tidak kalah menariknya adalah menyimak �anjuran Romo Mangun� tentang kriteria pengurus lingkungan dan dewan paroki yang sebaiknya kita pilih dan tunjuk.

Menjadikan Lingkungan Sebagai KBG

Dalam SAGKI 2000, Gereja Katolik Indonesia mencanangkan Komunitas Basis Gerejani (KBG) sebagai cara baru hidup menggereja agar kehadiran Gereja sungguh memberi arti dan sumbangan bagi masyarakat sekitar (termasuk di kala masyarakat kita menderita akibat aneka bencana alam, �bencana lapindo�, kenaikan BBM, dsb). Memang masih ada perdebatan, apakah lingkungan itu sudah merupakan komunitas basis gerejawi? Daripada mempersoalkan �istilah�, akan lebih baik bila kita mengupayakan agar lingkungan/kring/stasi kita menjadi suatu komunitas basis gerejani. Maka sebagai suatu komunitas basis gerejani, kiranya pembicaraan bersama dengan diterangi Kitab Suci perlu dikembangkan agar umat lingkungan senantiasa menemukan bentuk-bentuk diakonia dan martiria yang relevan untuk situasi-kondisi setempat.

Motivasi dan Spiritualitas Pengurus Lingkungan

Pada bab-bab selanjutnya, saya memfokuskan perhatian pada pengurus lingkungan secara konkret, mulai dari peran dan kinerjanya, motivasi dan spiritualitas yang perlu dihidupi, sampai aneka �panduan praktis� mewujudkan pelayanan murah hati (termasuk pada umat yang jarang muncul di lingkungan).

Apa yang menjadi motivasi seseorang mau dipilih dan ditunjuk menjadi pengurus lingkungan? Saya memaparkan empat motivasi menerima tanggung jawab pelayanan di lingkungan ini (tentu dengan menimba inspirasi dari Kitab Suci dan Ajaran Gereja):
1. Merealisasikan tugas perutusan yang telah diemban sejak menerima Sakramen Krisma, khususnya tugas sebagai gembala.
2. Sebagai perwujudan cinta kepada Tuhan Yesus dan Gereja,
3. Mempersembahkan talenta untuk �pembangunan jemaat�
4. Ajakan untuk terus memurnikan motivasi pelayanan

Sementara berkaitan dengan Spiritualitas yang patut dihidupi oleh para pengurus lingkungan, saya paparkan tiga hal:
1. Mengemban pelayanan murah hati seperti diilustrasikan dalam cover buku (saling membasuh kaki).
2. Semangat misioner, yakni siap sedia diutus, tidak harus pergi ke luar negeri, tetapi berani keluar dari kepentingan diri dan mulai terarah pada orang lain. Maka bagaimana secara konkret semangat 2D2K: Doa-Derma-Korban-Kesaksian, dapat diwujudnyatakan oleh para pengurus lingkungan.
3. Makna bekerjasama sebagai satu tim, seperti halnya Kristus mengutus para murid-Nya pergi berdua-dua.

Menanggapi Dalih Tidak Mau Melayani

Ada banyak dalih dan alasan bisa disebut yang membuat para kader pengurus lingkungan merasa diri belum siap, seperti tidak layak dan tidak pantas, tidak mampu, tidak ada waktu, dst. Saya mencoba menanggapi aneka dalih tersebut untuk memotivasi para pengurus lingkungan. Asalkan ada kemauan, kemampuan dan ketrampilan bisa diupayakan dan ditingkatkan. Asalkan ada kemauan, akan berusaha menyempatkan waktu. Namun, untuk para �aktivis Gereja� yang sudah sibuk dengan aneka pelayanan dan tanggung jawab, sebaiknya membatasi diri menerima �jabatan� pelayanan ini agar tidak mengecewakan umat ataupun menelantarkan keluarga. Untuk meningkatkan kemampuan dan ketrampilan para pengurus lingkungan, saya berikan daftar buku yang bermanfaat untuk pelayanan umat di lingkungan.

Selanjutnya, saya uraikan pula soal doa lingkungan dan bagaimana secara praktis memandu doa lingkungan dan menyusun renungan untuk ibadat syukur/permohonan di lingkungan. Dan tentunya saya bahas pula �Seputar Ketua Lingkungan� dan �Pengurus Lingkungan dan Keluarganya�.

Persoalan Klasik di Lingkungan

Berangkat dari pengamatan dan pengalaman mendampingi para pengurus lingkungan di paroki, saya mendapati setidaknya ada selusin persoalan klasik di lingkungan. Maka dalam buku ini saya juga mengangkat dan mendiskusikan aneka persoalan klasik itu agar bisa menjadi pembelajaran bersama bagi (kader) pengurus lingkungan, yakni:
1. "Jemput bola" gembala proaktif kepada: warga pindahan baru, katekumen, calon penerima sakramen, yang terbaring sakit, yang kurang aktif, dan yang miskin dan berkekurangan.
2. Pelayanan bagi yang berduka: penerimaan Sakramen Perminyakan, pelayanan bagi warga yang meninggal, dukungan bagi keluarga yang berkabung, dan pelayanan doa-misa arwah.
3. Pemberdayaan potensi umat
4. Transparansi keuangan lingkungan
5. Managemen Konflik dan Perbedaan
6. Guyon Berlebihan
7. Managemen Gossip
8. Alokasi Waktu dan Jam Karet
9. Koq Sedikit yang ikut Pendalaman Iman?
10. Melibatkan Generasi Muda
11. Lingkungan Vs Ekumene
12. Penyakit: Post Power Sindrom.

Tiada Rotan Akar Pun Jadi

Sebagaimana saya singgung di awal tulisan ini, buku Siap Menjadi Pengurus Lingkungan sungguh saya sadari dan akui sekedar �tiada rotan akar pun jadi� mengingat keterbatasan pengalaman pastoral parokial saya dan saya tidak studi khusus bidang ini. Namun, saya menyadari akan �bagian saya� (bdk. 1 Kor 12:18)) untuk merumuskan aneka pengalaman pendampingan para rekan pastor paroki (tentu sejauh yang saya amati dan alami) kepada para pengurus lingkungan dengan harapan buku kecil ini bisa menjadi titik tolak pembicaraan bersama untuk mempersiapkan dan memotivasi para pengurus lingkungan. Dan tentunya saya tidak berpretensi untuk menyelesaikan semua persoalan pelayanan di lingkungan, tetapi berharap bahwa lontaran ide dan wacana ini dibicarakan lebih lanjut oleh para pengurus lingkungan dan pastor paroki agar semakin relevan dan aplikatif di lapangan. Akhirnya, selamat mempersiapkan kader pengurus lingkungan demi pengembangan Gereja Katolik Indonesia di masa mendatang.

Diambil dari tulisan F.X. Didik Bagiyowinadi, Pr.
dimuat dalam www.imankatolik.or.id

Saturday, December 25, 2010

Pesta Keluarga Kudus Nazaret

Setelah orang-orang majus itu berangkat, nampaklah malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam mimpi dan berkata: �Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibu-Nya, larilah ke Mesir dan tinggallah di sana sampai Aku berfirman kepadamu, karena Herodes akan mencari Anak itu untuk membunuh Dia.� Maka Yusuf pun bangunlah, diambilnya Anak itu serta ibu-Nya malam itu juga, lalu menyingkir ke Mesir, dan tinggal di sana hingga Herodes mati. Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: �Dari Mesir Kupanggil Anak-Ku.� Setelah Herodes mati, nampaklah malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam mimpi di Mesir, katanya: �Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibu-Nya dan berangkatlah ke tanah Israel, karena mereka yang hendak membunuh Anak itu, sudah mati.� Lalu Yusuf pun bangunlah, diambilnya Anak itu serta ibu-Nya dan pergi ke tanah Israel. Tetapi setelah didengarnya, bahwa Arkhelaus menjadi raja di Yudea menggantikan Herodes, ayahnya, ia takut ke sana. Karena dinasihati dalam mimpi, pergilah Yusuf ke daerah Galilea.Setibanya di sana ia pun tinggal di sebuah kota yang bernama Nazaret. Hal itu terjadi supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi-nabi, bahwa Ia akan disebut: Orang Nazaret.

Renungan

Merayakan Pesta Keluarga Kudus berarti merayakan kemenangan kasih. Yesus, Maria, dan Yusuf mengalami hidup yang sulit. Mereka hidup berpindah-pindah bukan atas kehendak mereka, melainkan akibat tekanan hidup yang tidak menguntungkan.

Kondisi hidup yang demikian justru menjadi medan persemaian kasih yang istimewa. Mereka kekurangan dalam banyak hal, tetapi mereka berkelimpahan kasih. Kasih itulah yang menyebabkan mereka bertahan dalam aneka kesulitan.
Pesta ini pun memberi kesaksian bahwa mendengarkan Sabda Tuhan adalah hal yang penting, dalam perjalanan hidup manusia. Yesus, Maria, dan Yusuf selamat dalam pengungsian mereka karena mereka memberikan diri mereka untuk mendengarkan Sabda Tuhan.

Marilah kita mencermati kehidupan keluarga kita dalam perspektif keluarga kudus di Nazaret ini. Adakah kasih selalu menjadi hal yang utama dan tidak tergantikan dalam kehidupan keluarga-keluarga kita? Kita mungkin mengalami kesulitan yang lebih ringan daripada yang dialami oleh Keluarga Kudus, namun apakah kita lebih mudah menghayati kasih dan saling menguatkan dalam kasih dibandingkan dengan pengalaman mereka itu? Apakah keluarga kita masih mengandalkan Sabda Tuhan sebagai pedoman dalam perjalanannya? Apakah kita masih menyempatkan diri untuk mendengarkan Sabda-Nya?

Marilah mempersenjatai kehidupan keluarga kita dengan kasih dalam terang Sabda Tuhan agar kuduslah hidup keluarga kita.

Doa: Ya Tuhan, ajarilah keluargaku untuk saling mengasihi, biarlah Sabda-Mu menjadi pedoman bagi kehidupanku sekeluarga. Amin.
?
sumber:Ziarah Batin 2010

Wednesday, December 22, 2010

Novena Natal

Salam, dan terberkatilah saat dan waktu
ketika Putra Allah dilahirkan dari Perawan yang Tersuci
di sebuah kandang di Betlehem
di tengah malam yang dingin mencekam.
Demi saat anugerah agung mulia itu,
aku memohon dengan sangat kepada-Mu,
sudi dengarkanlah doaku dan kabulkanlah permohonanku
(sebut permohonan di sini).
Dengan pengantaraan Yesus Kristus
dan BundaNya yang Tersuci.
Amin.

Sunday, December 19, 2010

Doa Adven

oleh: Henri J.M. Nouwen
Tuhan Yesus Kristus,
Tuhan atas terang maupun gelap,
utuslah Roh Kudus-Mu atas kami
dalam mempersiapkan Natal.
Kami, yang begitu sibuk dengan berbagai macam perkara,
mencari saat teduh untuk mendengarkan suara-Mu setiap hari.
Kami, yang khawatir atas begitu banyak hal,
merindukan kedatangan-Mu di tengah kami.
Kami, yang Engkau berkati dalam berbagai macam cara,
mendamba kepenuhan sukacita kerajaan-Mu.
Kami, yang berbeban berat,
mendamba sukacita kehadiran-Mu.
Kami ini umat-Mu, yang berjalan dalam kegelapan,
namun rindu akan terang.
Kepada-Mu kami berseru, �Datanglah Kristus Tuhan!�
Amin.

Thursday, December 9, 2010

Seluruh Hidup Kita Hendaknya Menjadi Suatu "ADVEN"

Amanat Paus Yohanes Paulus II
Audiensi Umum, Rabu 18 Desember 2002


Saudara dan Saudari terkasih,

1. Dalam Masa Adven ini, seruan Nabi Yesaya menyertai kita, �Katakanlah kepada orang-orang yang tawar hati: `Kuatkanlah hati, janganlah takut! Lihatlah, Allahmu �. Ia sendiri datang menyelamatkan kamu!'� (Yesaya 35:4). Seruan ini menjadi terlebih mendesak lagi sementara Natal menjelang, disertai dengan dorongan untuk mempersiapkan hati kita dalam menyambut Mesias. Ia yang dinanti-nantikan, pasti akan datang dan keselamatan-Nya adalah bagi semua orang.

Pada Malam yang Kudus, kita akan mengenangkan kembali kelahiran-Nya di Betlehem, dalam arti tertentu, kita akan menghidupkan kembali perasaan-perasaan para gembala, sukacita dan rasa takjub mereka. Bersama Maria dan Yosef, kita akan merenungkan kemulian Sabda yang menjadi manusia demi penebusan kita. Kita akan berdoa agar segenap umat manusia dapat menerima kehidupan baru yang didatangkan Putra Manusia ke dalam dunia dengan mengenakan kodrat manusiawi kita.

2. Liturgi Adven, yang penuh dengan seruan terus-menerus akan sukacita pengharapan datangnya Mesias, membantu kita memahami kepenuhan nilai dan makna misteri Natal. Natal bukan hanya sekedar mengenangkan peristiwa bersejarah yang terjadi lebih dari 2000 tahun yang lalu di suatu kota kecil di Yudea. Melainkan, haruslah kita pahami bahwa seluruh hidup kita hendaknya menjadi suatu �Adven�, dalam pengharapan yang siaga akan kedatangan Kristus yang terakhir. Untuk mempersiapkan hati kita menyambut Tuhan yang, seperti kita maklumkan dalam Syahadat, akan datang suatu hari kelak untuk mengadili orang yang hidup dan yang mati; kita wajib belajar mengenali kehadiran-Nya dalam peristiwa-peristiwa hidup sehari-hari. Jadi, Adven adalah suatu masa pelatihan intensif yang mengarahkan kita secara pasti kepada Dia yang telah datang, yang akan datang dan yang senantiasa datang.

3. Dengan penghayatan-penghayatan ini, Gereja bersiap untuk mengkontemplasikan dalam ekstasi, misteri Inkarnasi. Injil mengisahkan perkandungan dan kelahiran Yesus, dan menceritakan banyak peristiwa-peristiwa penyelenggaraan ilahi yang mendahului maupun yang menyertai peristiwa yang begitu ajaib itu: kabar sukacita malaikat kepada Maria, kelahiran Yohanes Pembaptis, paduan suara para malaikat di Betlehem, kedatangan para Majus dari Timur, mimpi St Yosef. Semuanya ini adalah tanda-tanda dan kesaksian-kesaksian yang menggarisbawahi keilahian Kanak-kanak ini. Di Betlehem telah lahir Imanuel, Allah beserta kita.

Dalam liturgi pada hari-hari ini, Gereja menghadirkan di hadapan kita tiga �pembimbing� luar biasa yang akan menunjukkan kepada kita sikap yang pantas dalam menyongsong �tamu� ilahi umat manusia ini.

4. Pertama-tama, Yesaya, nabi penghiburan dan pengharapan. Ia memaklumkan Injil yang benar dan tepat bagi bangsa Israel yang diperbudak di Babel, dan mendesak mereka untuk tetap siaga dalam doa, untuk mengenali �tanda-tanda� kedatangan Mesias.

Kemudian ada Yohanes Pembaptis, bentara sang Mesias, yang dihadirkan sebagai �suara yang berseru-seru di padang gurun�, memaklumkan �pertobatan dan pembaptisn demi pengampunan dosa� (bdk Markus 1:3). Itulah satu-satunya prasyarat untuk dapat mengenali Mesias yang telah hadir di dunia.

Yang terakhir, Maria, yang dalam novena persiapan Natal ini, membimbing kita menuju Betlehem. Maria adalah Perempuan yang menjawab �ya� yang, berlawanan dengan Hawa, menjadikan rencana Allah sebagai rencananya sendiri dengan tanpa syarat. Dengan demikian, Maria menjadi suatu cahaya yang terang bagi langkah-langkah kita dan teladan tertinggi bagi inspirasi kita.

Saudara dan saudari terkasih, kiranya kita mengijinkan Santa Perawan menemani kita di jalan kita menuju Tuhan yang datang, dengan tinggal �siaga dalam doa dan sukacita dalam pujian.�

Saya berharap agar masing-masing kita melewatkan persiapan yang pantas demi menyambut perayaan Natal.

sumber : �General Audience of John Paul II, Wednesday 18 December 2002�; The Holy See; www.vatican.va

Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: �diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya�

Wednesday, December 1, 2010

Arti Natal yang Sesungguhnya

Pada masa yang silam, di Persia memerintah seorang raja yang baik hati serta bijaksana. Ia mencintai rakyatnya. Ia ingin tahu kehidupan mereka. Ia ingin tahu penderitaan yang harus mereka alami. Seringkali ia berpakaian seperti seorang pekerja atau bahkan pengemis dan pergi ke kampung-kampung miskin. Tak seorang pun yang ia kunjungi pernah mengira bahwa ia adalah raja mereka.

Suatu ketika ia mengunjungi seseorang yang amat miskin yang tinggal di sebuah gua. Ia makan makanan kasar yang dimakan orang miskin itu. Ia berbicara kepadanya dengan kata-kata yang lembut serta menghibur. Lalu ia pergi. Di kemudian hari, ia kembali mengunjungi orang miskin itu lagi dan dengan jelas mengatakan kepadanya, �Aku ini rajamu.�

Alangkah terkejutnya si orang miskin itu! Raja menyangka bahwa orang itu pasti akan meminta suatu hadiah atau pertolongan darinya. Tetapi, ternyata tidak. Sebaliknya, orang miskin itu berkata:

�Engkau meninggalkan istanamu serta kemuliaanmu untuk mengunjungiku di tempat yang gelap serta kumuh ini. Engkau makan makanan kasar yang aku makan. Engkau membawa kebahagiaan dalam hatiku. Bagi orang lain engkau memberikan hadiah-hadiah berlimpah. Bagiku engkau telah memberikan dirimu sendiri.�

Sumber: �Meaning of Christmas�; Societas Verbi Divini, USA Western Province; www.svd-ca.com

Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: �diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya�

Recent Post